Untuk meraup keuntungan, ada berbagai jenis strategi investasi yang bisa digunakan. Salah satu strategi yang cukup dikenal adalah value investing. Konon, value investing adalah cara mencari dan membeli saham harga murah yang akan naik harganya di waktu mendatang sehingga untungnya sangat besar. Bahkan, strategi ini digunakan oleh investor terkemuka, yaitu Warren Buffett. Nah, bagaimana cara kerjanya? Yuk, simak artikel Glints ini untuk mempelajari seluk-beluk value investing. Definisi Value Investing Melansir Investopedia, value investing adalah salah satu jenis strategi investasi. Dalam strategi ini, investor akan membeli saham yang diperdagangkan dengan nilai lebih rendah dari nilai intrinsik maupun nilai bukunya. Pada dasarnya, saham ini dipandang remeh undervalued di pasar modal dan oleh investor lainnya sehingga harganya lebih murah. Harapannya, saham yang dibeli dengan harga murah akan kemudian meningkat di waktu yang akan mendatang ketika orang-orang mulai menyadari nilai intrinsik sesungguhnya dari aset itu. Jika tertarik menjadi value investor, kamu harus secara aktif memantau saham-saham potensial dengan karakteristik tersebut. Beberapa tokoh terkenal yang merupakan value investor adalah Warren Buffet, Benjamin Graham, dan Seth Klarman. Tokoh-tokoh ini menggunakan analisis finansial terkait perusahaan dan sahamnya. Mereka berinvestasi tanpa mengikuti tren yang sedang diminati para investor lain. Value investor mengumpulkan kekayaan yang sangat banyak dari strategi value investing ini sebagai investor jangka panjang. Metrik Analisis Value Investing Salah satu kemampuan yang wajib dimiliki investor yang memilih strategi ini adalah analisis yang tajam. Biasanya, investor menggunakan berbagai metrik untuk menghitung nilai intrinsik sebuah saham sebelum memutuskan untuk melakukan investasi. Jadi, pembeliannya tidak asal murah. Nilai intrinsik sebuah perusahaan terdiri dari beberapa hal, yaitu performa finansial pendapatan penghasilan cash flow keuntungan faktor-faktor fundamental brand perusahaan, model bisnis, target pasar, dan keunggulan kompetitifnya Nah, seorang value investor harus mengukur sejumlah metrik untuk memutuskan apakah sebuah perusahaan layak investasi atau tidak. Metrik-metrik value investing tersebut adalah sebagai berikut 1. Price-to-book P/B Price-to-book P/B juga dikenal sebagai nilai buku. Metrik ini menilai valuasi sebuah aset perusahaan dan membandingkannya dengan harga saham. Jika harga saham lebih rendah dari nilai aset yang dimiliki, berarti sahamnya dinilai undervalued. Namun, untuk dapat disimpulkan demikian, value investor harus memastikan bahwa perusahaan tidak sedang mengalami kesulitan secara finansial. 2. Price-to-earning P/E Metrik ini digunakan untuk mengetahui data pendapatan. Dengan begitu, value investor bisa mengetahui jika harga sahamnya tidak sesuai dengan pendapatannya. Ini juga berarti sahamnya undervalued. 3. Free cash flow Free cash flow dalam value investing adalah uang yang dimiliki perusahaan secara tunai setelah biaya-biaya dibayarkan. Biaya-biaya ini adalah hal-hal pokok seperti biaya operasional. Langkah-Langkah Value Investing Menurut Wealthy Education, setidaknya ada 3 langkah utama jika kamu ingin memulai value investing. Berikut penjelasannya. 1. Temukan perusahaan dengan fundamental bisnis yang kuat Apabila kamu hanya melihat nilai saham yang turun tanpa menilai apakah perusahaan dapat memulihkan kondisi finansialnya atau tidak, ada kemungkinan kamu justru akan merugi. Ada beberapa cara untuk menilai apakah perusahaan memiliki fundamental bisnis yang kuat atau tidak, salah satunya adalah melihat utang dan manajemen perusahaannya. Selain itu, lihatlah apakah mereka tetap mampu bersaing dengan kompetitornya meskipun harga saham yang masih fluktuatif. Secara keseluruhan, apabila perusahaan tersebut telah memiliki riwayat yang cukup baik secara finansial, kemungkinan besar perusahaan tersebut memang mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. 2. Beli saham ketika nilainya turun Langkah yang kedua adalah membeli saham perusahaan tersebut ketika nilainya turun. Perusahaan dengan fundamental bisnis yang kuat tetap memiliki kemungkinan untuk mengalami penurunan nilai saham karena beberapa kondisi, seperti adanya skandal internal manajemen adanya pemberitaan negatif tentang perusahaan Namun, kondisi di atas tidak akan secara signifikan mengurangi daya saing mereka. Ketika kamu melihat bahwa mereka masih bisa beroperasi seperti biasa padahal nilai sahamnya turun, kamu bisa pertimbangkan untuk membelinya. 3. Jual saham ketika nilainya naik Setelah kamu mengetahui waktu-waktu terbaik untuk membeli saham yang undervalued, kini saatnya untuk mempelajari kapan harus menjualnya supaya bisa hasilkan profit. Perusahaan pasti memiliki kuasa dan mencari cara untuk menciptakan berita positif mengenai bisnis mereka. Kebalikan dari berita negatif yang tadi disebutkan, berita positif inilah yang juga akan mempengaruhi nilai saham mereka yang akhirnya naik. Itulah saat terbaik untuk kamu menjual saham saat nilainya masih naik. Manfaat Value Investing © Nah, menurut Edelweiss dan Wealthy Education, berikut adalah beberapa manfaat dari value investing. 1. Return yang besar Ketika melakukan value investing dengan tepat, kamu bisa mendapatkan jumlah return di atas rata-rata dalam jangka panjang. Hal ini karena kamu bisa menggunakan safety margin. Sebagai contoh, kamu membeli satu lot saham sebuah perusahaan sebesar Rp300 ribu ketika harga intrinsiknya adalah Rp500 ribu. Kamu bisa mendapatkan Rp200 ribu saat saham tersebut dijual ketika harganya telah mencapai nilai intrinsiknya. 2. Dapat dilakukan oleh siapa saja Manfaat lain dari value investing adalah dapat dilakukan oleh siapa saja. Maksudnya, kamu bisa melakukannya terlepas dari pendapatan finansial atau latar belakang pendidikanmu. Asalkan, kamu mau bekerja keras dan bersabar saat melakukannya. Perlu diketahui bahwa kesabaran adalah faktor penting dalam kesuksesanmu melakukan strategi ini. Karena, dalam strategi ini kamu menunggu dalam fluktuasi pasar jangka pendek untuk bisa mendapat keuntungan atau return besar di jangka panjang. 3. Memanfaatkan compounding effect Value investing adalah strategi yang tepat untuk memanfaatkan compounding effect. Compounding effect adalah ketika kamu menginvestasikan kembali dividen dan return yang didapat dari value stock. Hal ini membuatmu bisa menambah profit yang didapatkan dalam jumlah besar seiring waktu. Dalam compounding effect, penghasilan dari investasimu sebelumnya akan membuat penghasilan baru. Tentu, hal ini membuatmu tidak perlu bekerja lebih keras saat berinvestasi. Meski begitu, jangan berpikir bahwa return yang didapat di awal tidak bisa menjadi lebih besar dalam jangka panjang. Karena, nilai investasi dalam compounding effect akan menjadi lebih besar secara signifikan apabila diberi waktu yang cukup. 4. Risiko dan volatilitas yang lebih kecil Manfaat lain dari value investing adalah risiko dan volatilitas yang lebih kecil dibandingkan strategi investasi jangka pendek lainnya. Hal ini karena dalam strategi ini kamu tidak membeli suatu saham di satu hari dan menjualnya di keesokan hari. Kamu pun jadi tidak perlu terlalu up-to-date seputar fluktuasi harga pasar sahammu. Di samping itu, kamu pun tidak perlu memonitor performa setiap saham yang diinvestasikan setiap harinya. Karena, performa dari investasimu fokus pada jangka panjang. Melakukan investasi jangka panjang membantumu mengurangi risiko kerugian dalam portofoliomu. Tidak hanya itu, kamu pun terhindar dalam membuat keputusan yang merugikan. Karena, kamu tidak akan membuat keputusan secara emosional atau terburu-buru akibat pergerakan yang terjadi di pasar. Prinsip dan Tips Value Investing 1. Lakukan riset Menurut Money Under 30, sangat penting untuk melakukan analisis perusahaan. Meskipun tahap ini cukup menghabiskan banyak waktu dan membutuhkan pertimbangan matang, kamu akan terhindar dari risiko kerugian dengan lebih baik. Selain mempertimbangkan elemen-elemen dan metrik-metrik yang sudah disebutkan sebelumnya, value investor juga perlu memahami tentang rencana jangka panjang bisnis prinsip bisnis struktur finansial jajaran atas perusahaan CEO, CFO, dan lain-lain Penting untuk menemukan perusahaan meyakinkan yang bisa berlanjut untuk jangka panjang dan membayar dividen secara konsisten. Pasalnya, value investing bukanlah investasi jangka pendek. 2. Diversifikasi portofolio Diversifikasi portofolio adalah hal yang penting dalam value investing. Sebagai value investor, kamu harus memiliki beberapa jenis investasi dalam portofoliomu agar terhindar dari kerugian yang besar. 3. Cari keuntungan yang aman dan konsisten Fokus strategi ini bukanlah keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Lebih baik, cari saham yang risikonya rendah namun memberikan keuntungan konsisten dari tahun ke tahun. Nah, itulah serba-serbi tentang value investing yang bisa Glints jelaskan. Apakah kamu sudah memutuskan untuk mulai menerapkan strategi ini, atau masih mau mendalami dunia investasi? Jika kamu masih mau belajar lebih banyak tantang investasi, Glints sudah siapkan kumpulan artikel tentang dunia finansial di Glints Blog! Selain tips, jenis, dan strategi investasi, kamu juga bisa temukan banyak artikel lainnya tentang tips mengelola keuangan pribadi. Semua artikelnya bisa kamu baca secara gratis. Yuk, baca artikel terbarunya di sini sekarang! Value Investing The Beginner's Guide to Value Investing The Complete Value Investing Guide for Beginners How To Do Value Investing & What Are The Advantages Of Value Investing? 7 Biggest Benefits and Drawbacks of Value Investing
PengertianOption Saham (Stock Options) Option Saham (Stock Options) adalah sebuah kontrak yang memberikan hak kepada investor untuk membeli atau menjual suatu saham pada harga dan tanggal tertentu, tetapi mereka tak wajib melaksanakan hak tersebut. Ini termasuk salah satu kontrak derivatif dari saham. Setiap kontrak Stock Options mewakili 100 Pernah mendengar ungkapan “Price is what you pay. Value is what you get”? Ya, quotes dari seorang investor ternama, Warren Buffet, ini mencerminkan bahwa harga sebuah perusahaan di bursa efek tidak sama dengan nilai atau value yang dimilikinya. Artinya, ada harga ada kualitas tidak berlaku dalam investasi saham. Ketika harga di bursa mengalami kenaikan dan penurunan dalam waktu singkat tidak berarti kualitas perusahaannya tidak stabil. Sebab, harga hanyalah persepsi dari para pelaku pasar. Pembeli selalu ingin harga yang lebih murah, sebaliknya penjual ingin harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, adanya valuasi dapat menunjukkan apakah harga yang kita beli sesuai dengan nilai yang didapat atau tidak. Valuasi yaitu proses analisis untuk mengetahui nilai ekonomi suatu bisnis, termasuk menilai/memperkirakan prospek perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba di kemudian hari lewat value atau nilai yang ditawarkan perusahaan melalui produknya. Hasil dari valuasi ini bisa digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan nantinya. Perencana keuangan Finansialku, Laurensia Nathania, BBA, CFP mengungkapkan saat menganalisis valuasi sebuah saham, investor harus memperhatikan 4 faktor di bawah ini. Kinerja dan prospek perusahaan Tentunya kinerja dan prospek perusahaan penting untuk investor teliti sebelum membeli sahamnya. Apa ada investor yang ingin memberi modal pada perusahaan yang kinerjanya buruk dan tidak prospektif? Untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor harus mencari tahu pertumbuhan penjualan dan keuntungan perusahaan, modal pembiayaan perusahaan, dan efektivitas penggunaan modal terhadap keuntungan pemegang saham. Informasi di atas dapat memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan. Selain itu, investor juga dapat membandingkan persepsi pasar atas perusahaan tersebut. Business model Faktor kedua yang harus diperhatikan oleh investor yaitu bagaimana model bisnis perusahaan. Sebaiknya pilih perusahaan dengan model bisnis yang selalu dibutuhkan pasar dan dapat bertahan lama. Business model yang baik yang dapat memberikan keuntungan bagi pemilik bisnis dan konsumen demi menjamin keberlangsungan bisnis tersebut. Economic moat Penulis buku investasi The Little Book that Builds Wealth, Pat Dorsey mengatakan bahwa penting bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki economic moat. Economic moat sendiri yaitu keunggulan kompetitif competitive advantage dalam jangka panjang dari suatu perusahaan yang memisahkan dan membedakan perusahaan tersebut dari kompetitornya. Dorsey mengatakan perusahaan yang memiliki economic moat memiliki nilai instrinsik yang lebih dan mampu menghasilkan cashflow dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Perusahaan yang memiliki economic moat dapat dilihat dari keunggulan biaya cost advantage aset tak berwujud seperti hak paten dan lisensi, memilki switching cost dan network effect yang membuat customer tidak berpaling ke tempat lain. Manajemen perusahaan Terakhir, manajemen perusahaan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Investor harus mengetahui bagaimana level manajemen membuat kebijakan yang strategis untuk perushaaan. Melalui keputusan strategis di tingkat manajemen perusahaan, business model yang solid dapat terbentuk, economic moat dapat dimiliki, dan kinerja yang baik dapat tercipta. Setelah mengetahui faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam valuasi saham, di bawah ini adalah beberapa cara untuk menghitung seberasa besar valuasi sebuah saham. Ada banyak teknik untuk menghitung valusasi saham. Namun, 3 cara di bawah ini adalah rumus yang paling umum digunakan untuk menghitung valuasi. Pendekatan Multiplier Pendekatan Multiplier dikenal juga dengan Price to Earning Ratio PER atau P/E Ratio. Pendekatan ini menghitung harga saham suatu perusahaan jika dibandingkan dengan laba per lembar saham earning per share / EPS. Price to Earning Ratio PER = Harga Saham EPS Nilai EPS dapat diketahui dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi PER dapat diartikan semakin mahal pula saham tersebut, sebab dibutuhkan pengali yang lebih “besar” untuk melipatgandakan EPS dan mencapai harga saham tersebut. Pendekatan Nilai Buku Pendekatan nilai buku atau Price to Book Value PBV adalah membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan, di mana nilai buku perusahaan dihitung dari ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Price to Book Value PBV = Harga Saham Nilai Buku Jika PBV di bawah atau sebesar 1x, maka dapat dikatakan saham tersebut diperjualbelikan di harga yang lebih rendah dari harga wajarnya undervalue. Dalam analisis valuasi akan lebih baik jika diikuti dengan membandingkan PER dan PBV suatu perusahaan secara historikal maupun secara head-to-head dengan kompetitor di industri sejenis. Discounted Cash Flow DCFBerbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, pendekatan DCF ini menitikberatkan pada cash flow dan kinerja perusahaan. Pendekatan Discounted Cash Flow DCF menghitung nilai kini present value dari estimasi arus kas yang dapat dihasilkan perusahaan di masa mendatang. Dengan cara membuat proyeksi arus kas di beberapa tahun ke depan berdasarkan rata-rata pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Jika nilai kini estimasi arus kas lebih besar daripada modal dalam berinvestasi, maka investasi tersebut layak untuk dipertimbangkan. Mutiara Ramadhanti Penjelasan: Harga saham = nilai yang akan dobayar saat ini (sekarang) Sedangkan dividend an harga jual Rp 14.000 setahun kemudian sehingga perlu dihitung nilai sekarangnya. Harga saham = (Rp 14.000 + Rp 2.000) / (1+20%) = Rp 13.330. Dengan demikian , harga maksimum yang anda berani bayar untuk saham tersebut adalah Rp 13.330. Konsep yang sederhana namun powerful ini lah yang selalu saya ingat setiap membuat keputusan beli dan jual dalam berinvestasi saham. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas apa itu Price dan apa itu Value, serta apa kaitannya dalam hal berinvestasi di perbedaan Price dan Value ?Pemaparan mengenai Price VS Value telah dijelaskan dengan sangat baik oleh Warren Buffett dalam Annual Letter kepada Shareholders di tahun 2008. Dalam Annual Letter tersebut, Warren Buffett menyebutkan bahwa “Price is What You Pay, Value is What You Get”Warren BuffettDalam bahasa Indonesia, pemahamannya kurang lebih berbunyi “Price adalah apa yang Anda bayarkan, Value adalah apa yang Anda dapatkan”. Untuk memahami ungkapan tersebut, coba perhatikan contoh berikut Anda sedang membangun sebuah rumah, dan Anda sedang mencari batu bata dari sebuah toko yang ada di dekat rumah. Anda mendapatkan penawaran Rp 1000 dari toko tersebut untuk per batu bata yang akan Anda beli. Karena di hari tersebut Anda sedang tidak membawa uang cash, maka Anda memutuskan untuk kembali esok hari. Keesokan harinya, Anda datang ke toko yang sama namun kali ini Anda mendapatkan penawaran Rp 1500 untuk per batu bata yang akan Anda beli. Pertanyaannya, apakah kualitas dari batu bata tersebut berubah? Kemungkinan besar jawabannya adalah tidak. Jadi, jika Anda kemudian memutuskan untuk membeli batu bata tersebut, maka artinya Anda membayar harga price yang lebih mahal untuk sebuah kualitas value batu bata yang Anda membayar batu bata dengan harga lebih mahal, apakah kualitasnya berubah? Dari contoh sederhana tersebut, kita dapat memahami bahwa ketika harga Price meningkat, maka tidak selalu kualitas Value ikut meningkat. Seringkali kita keliru memahami dan menganggap bahwa price sama dengan value. Pada tingkatan yang lebih tinggi kita juga seringkali menganggap bahwa semakin mahal harga sebuah barang dan jasa, maka kualitas nya juga semakin baik. Dalam istilah marketing hal tersebut dikenal dengan istilah price perceived value, dan seringkali teknik tersebut digunakan oleh para professional marketer. Mau tahu contohnya? Oke sekarang coba Anda perhatikan gambar berikut ini. Anda pasti tahu produk apakah di bawah ! Gambar tersebut adalah parfum. Bukan sembarang parfum, parfum tersebut adalah keluaran Elie Saab, perancang busana terkenal di dunia. Dengan teknik marketing yang sophisticated, dengan menampilkan model dan perpaduan desain yang terkesan mewah plus biasanya packaging nya pun juga tidak kalah mewah, jadilah parfum tersebut dibanderol dengan harga Rp Parfum Elie Saab membuat kesan mewahPertanyaannya, apakah harga price yang Anda keluarkan untuk membeli Parfum tersebut Rp sebanding dengan value yang didapat? I’m not a perfume expert, namun saya percaya cost untuk membuat parfum tersebut mungkin tidak sampai Rp CMIIW. Jadi, dilihat dari sudut pandang value investor maka harga tersebut terbilang Value dan PriceLalu, apa hubungannya antara pemahaman price dan value ini dengan berinvestasi di pasar saham? Sama seperti beberapa contoh di atas, kebanyakan investor seringkali menganggap bahwa ketika harga saham naik dan dihargai lebih mahal ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja lebih bagus. Sebaliknya, ketika harga saham turun dan dihargai lebih murah ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja tidak bagus. Tidak heran, banyak investor retail yang lebih suka mengejar saham-saham yang menunjukkan pola uptrend, bahkan mengejar saham yang naiknya cepat baca terbang karena menganggap kinerja perusahaannya bagus. Dengan kata lain, kebanyakan investor menganggap bahwa harga saham telah secara efisienmenggambarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan Efficient Market Hypothesis. Padahal Warren Buffett pernah mengatakan “I’d be a bum on the street with a tin cup if the markets were always efficient” Warren BuffettWarren Buffett dan rata-rata value investor lainnya percaya bahwa pasar saham tidaklah efisien, Bahkan, seringkali investor berlaku secara irasional, karena mengambil keputusan berdasarkan fear dan greed nya. Hal ini lah yang membuat harga saham bisa naik sampai ke harga yang tidak masuk akal, dan bisa juga sebaliknya membuat harga saham bisa turun sampai ke harga yang tidak masuk Kesalahan yang Dilakukan Investor Menilai Harga SahamBerikut ini adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh investor dalam menilai harga sebuah saham Menjadikan nominal harga saham sebagai patokanKesalahan yang paling umum terjadi adalah seorang investor berpatokan pada nominal harga saham yang ditawarkan oleh Mr Market saat ini. Misal, harga saham A Rp 1000 per lembar saham, dan harga saham B Rp 700 per lembar saham. Banyak investor berpikir bahwa saham B lebih murah, karena nominal harga sahamnya yang lebih harga saham saat ini dengan periode sebelumnyaKesalahan kedua yang sering dilakukan investor adalah membandingkan harga saham saat ini dengan periode sebelumnya minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu. Misalkan harga sebuah saham turun dari harga Rp 2000 di tahun lalu, menjadi saat ini diperdagangkan di harga Rp 1000. Seringkali seorang investor menganggap ketika harga sahamnya turun cukup jauh dibandingkan periode sebelumnya, maka harga sahamnya dianggap sudah Tidak Efisien = Opportunity !Seperti disampaikan pada bagian sebelumnya, Warren Buffett dan rata-rata Value Investor memahami bahwa pasar saham tidak bergerak secara efisien, dan pasar saham lebih banyak dikendalikan oleh Fear dan Greed dari orang-orang yang berada di dalamnya. Oleh karena itulah, akan selalu ada saham-saham yang menjadi salah harga. Menemukan saham-saham yang sedang salah harga ini lah yang kemudian menjadi opportunity bagi para Value menilai apakah sebuah harga saham disebut mahal atau murah, sebuah harga saham tidak dapat dibandingkan dengan melihat nominal harga sahamnya. Dalam kesalahan pertama di atas, harga saham A Rp 1000 justru bisa menjadi lebih murah dibandingkan saham B Rp 700 apabila nilai intrinsic saham A ternyata adalah Rp 1500, dan nilai intrinsic saham B ternyata Rp 500. Dalam kasus seperti ini, harga saham A justru dapat dikatakan lebih murah undervalued ketimbang saham pula dalam kesalahan yang kedua di atas, meskipun benar secara nominal harga sahamnya lebih murah, kita perlu cek terlebih dahulu apakah harga sahamnya kemudian menjadi undervalue di harga Rp 1000? Bisa jadi perusahaan mencatat penurunan laba, atau fundamental perusahaan berubah karena regulasi pemerintah, ataupun hal lainnya yang membuat harga Rp 1000 tadi pun sebenarnya belum layak disebut undervalue. Namun, jika ternyata perusahaan tersebut kinerjanya tetap baik dan harga sahamnya turun hanya karena sentiment negative sesaat, maka bisa jadi penurunan harga saham tersebut merupakan opportunity, karena setelah dilakukan valuasi harga sahamnya saat ini berada di bawah nilai intrinsik nya undervalue.KesimpulanSekarang Anda telah memahami bahwa price tidak sama dengan value. Price adalah apa yang kita bayarkan dan Value adalah apa yang kita dapat. Sebagai investor saham yang bijak, maka kita harus mengetahui cara untuk menilai harga wajar nilai intrinsic sebuah saham. Sehingga kita dapat mengetahui apakah harga yang kita bayarkan untuk sebuah lembar saham price sebanding atau berada di bawah dari nilai value yang kita dapatkan. Semoga dengan memahami konsep price dan value ini, kita tidak terjebak untuk membeli harga saham yang lebih tinggi dibandingkan nilainya overvalued.Oleh Rivan Kurniawan Indonesia Value InvestorArtikel ini sebelumnya terbit 09 Januari 2018 di dengan judul "BACK TO BASIC PRICE VS VALUE"Bukankahprofit adalah sesuatu yang jelas? Kenyataan seringkali lebih rumit dari yang kita bayangkan. Profit perusahaan yang sering Anda dengar dan baca, dan yang ada di laporan keuangan perusahaan, disebut Net Income, atau Accounting profit. Anda mungkin terkejut kalau bahkan top management tidak mempercayai Net Income sebagai profit.
Dalam dunia pasar modal – khususnya investasi di saham – dikenal istilah core stocks dan value stocks. Secara sederhana, core stocks, adalah saham-saham yang… sering dikategorikan sebagai saham blue-chip. Sedangkan value stocks, dapat dikatakan sebagai saham-saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsic atau value-nya. Nah, sebagai seorang investor, saham-saham jenis apa saja yang sebaiknya dikoleksi?Perbedaan Core Stocks dan Value StocksSeperti sudah dijelaskan sebelumnya, Core Stocks tidak sama dengan Value STOCKSPertama, kita bahas terlebih dahulu mengenai Core Stocks. Jika Penulis dapat menuliskan beberapa ciri-ciri dari Core Stocks, maka akan seperti iniCore Stocks Biasa Dikenal sebagai Saham Blue-ChipKita sering mendengar istilah saham blue-chip. Tetapi, sebenarnya apa itu saham blue-chip?Tidak ada pengertian secara ilmiah ataupun pengertian secara spesific tentang apa itu saham blue-chip maupun karakteristik dari saham blue-chip, namun biasanya dikategorikan sebagai saham dengan Kapitalisasi Pasar > Rp 40 umum, core stocks maupun saham blue chip dianggap sebagai saham dari perusahaan-perusahaan besar maupun konglomerasi di suatu negara dengan background profitabilitas yang cenderung bertumbuh stabil, dan tidak Stocks Biasanya Jarang Dihargai MurahCore stocks biasanya diperdagangkan di atas nilai normal perusahaan. Sebut saja beberapa nama perusahaan blue-chip yang sahamnya telah tercatat di Indonesia sepertiPT Unilever Tbk UNVR, saat artikel ini ditulis, UNVR diperdagangkan di harga Rp per saham, 46,18x P/E dan juga pada 67,29x Bank Mandiri Tbk BMRI, saat artikel ini ditulis diperdangkan pada harga Rp per lembar saham, P/E 11,55x dan juga pada 1,65x Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM, saat artikel ini ditulis diperdagangkan pada harga Rp per lembar saham, P/E 18,62x dan juga pada 3,81x blue-chip tersebut dapat dikategorikan memiliki kondisi keuangan perusahaan yang sehat pula. Dari sisi utang, cash flow setelah operasi, maupun profitabilitas, dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan blue chip dapat diacungi kestabilan dan positifnya laporan keuangan yang dapat diprediksi oleh para analis, biasanya core stocks cenderung bergerak dengan tidak fluktuatif dan cenderung lebih stabil pula. Di saat yang sama, perusahaan-perusahaan sejenis seperti ini biasanya sudah matang, memiliki fondasi perusahaan yang sangat kuat, dan juga solid dalam segi menggapai profit dalam operasional Core Stocks Untuk Jangka PanjangCore stocks biasanya digunakan sebagai pegangan portfolio dengan tujuan jangka panjang seperti untuk warisan, dana pensiun, dana pendidikan anak, dan karena karakteristiknya yang stabil dan cenderung memiliki fondasi yang kuat itulah yang menjadi alasan core stocks lebih baik digunakan sebagai pegangan jangka STOCKSBaik, kita sudah cukup melakukan pembahasan mengenai apa itu core stocks. Lalu selanjutnya, Selanjutnya, kita akan bahas mengenai Value Stocks. Apa yang dimaksud dengan value stocks?Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, value stocks adalah saham yang diperdagangkan di bursa tetapi harganya masih berada di bawah nilai dengan core stocks, value stocks tidak selalu merupakan perusahaan yang memiliki fondasi bisnis yang bagus, tetapi bisa juga dikarenakan memiliki prospek yang baik di masa contoh gambaran tentang value stocks, saham-saham yang tergabung ke dalam sini dapat memiliki perbandingan rasio seperti P/E dan PBV yang – cenderung lebih murah – dibandingkan dengan saham-saham core satu value investor ternama di Indonesia – Pak Lo Kheng Hong – Warren Buffet-nya Indonesia, bahkan memberi tips untuk membeli saham-saham value stocks dengan ratio P/E di bawah 5x, dan rasio PBV di bawah value stocks, investor membeli saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya dan menjual saham tersebut ketika harga saham tersebut telah mencapai nilai intrinsiknya ataupun lebih. Tergantung cara scaling out tiap-tiap Core Stocks dan Value Stocks Sebaiknya Digabung Ke Dalam Satu Portfolio?Banyak pertanyaan yang muncul ke Penulis terkait menggabungkan core stocks dan value stocks – belum lagi ditambah jika sang investor tersebut memiliki akun khusus untuk tidak ada rumus terbaik dalam menentukan bagaimana komposisi portfolio terbaik seorang investor. Tetapi, menurut penulis, sebaiknya dalam memanage portfolio seorang investor, harus didasarkan pada tujuan-tujuan dari investor itu sendiri. Itulah kenapa, Penulis lebih menyarankan untuk memisahkan antara core stocks dan value stocks ke dalam portfolio yang demikian? Karena, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, core stocks dan value stocks memiliki karakteristik dan akan menghasilkan hasil yang berbeda pula. Core stocks untuk jangka panjang dan cenderung lebih stabil, sementara value stocks lebih untuk saham-saham yang berada di bawah intrinsic valuenya, dan akan dijual ketika sudah mencapai intrinsic valuenya. Jika kedua jenis saham ini dimasukkan ke dalam satu portfolio yang sama, maka dapat menghasilkan bias dalam keputusan investasi seorang Alokasi Dana Untuk Berinvestasi di Core Stocks maupun Value Stocks?Banyak sekali cara-cara maupun metode mengalokasikan dana yang kita punya ke dalam portfolio investasi kita. Termasuk dalam berinvestasi saham di core stocks maupun value pemula, Penulis menyarankan untuk berinvestasi di core stocks terlebih dahulu untuk membiasakan diri dengan fluktuasi yang terjadi di pasar. Metode yang dapat digunakan untuk berinvestasi di core stocks pun ada beragam. Salah satu yang dapat penulis sarankan adalah sebuah metode yang disebut dollar cost averaging DCA.Secara singkat, metode DCA adalah sebuah metode berinvestasi di mana seorang investor menginvestasikan dananya secara rutin setiap periode. Contohnya, Anda memiliki dana untuk diinvestasikan setiap bulannya sebesar Rp 5 juta. Nah, Rp 5 juta tadi diinvestasikan setiap awal bulan – misalnya – ke saham-saham yang termasuk ke dalam value stocks. Setiap bulan. sudah menyebutkan beberapa contoh value stocks di penjelasan di atas. Tetapi, untuk memudahkan, Anda bisa memulai dari melihat sekeliling Anda, produk dari perusahaan apa yang sering kita gunakan dalam kegiatan sehari-hari? Carilah perusahaan-perusahaan yang bahkan Anda sendiri tidak asing lagi mendengar perusahaan tersebut. Contohnya seperti PT Unilever Indonesia UNVR, PT Telekomunikasi Indonesia TLKM, PT Indofood Sukses Makmur INDF, PT Bank Central Asia BBCA, PT Bank Mandiri BMRI, dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan sekaliber perusahaan-perusahaan tadi di dengan bertambahnya jam terbang dan skill seorang investor, barulah bisa masuk ke value stocks dengan tujuan untuk percepatan pertumbuhan nilai aset. Dengan membeli saham-saham yang undervalue, hal ini dapat mempercepat pertumbuhan nilai aset sudah membuktikan beberapa orang terkaya di dunia berinvestasi saham menggunakan metode ini. Atau istilah yang lebih dikenal masyarakat adalah dengan metode value investing. Orang terkaya ke-3 di dunia sekarang, Warren Buffett, berinvestasi menggunakan metode value investing dengan membeli saham-saham value stocks ke dalam dibutuhkan skill dan jam terbang yang tinggi untuk menerapkan metode ini. Tetapi sejarah telah membuktikan bahwa metode ini terbukti dapat dikatakan menjadi salah satu metode terefektif dalam berinvestasi di saham sekarang bukan lagi hal yang sulit seperti zaman dulu. Semua bisa dilakukan melalui smartphone kita. Hanya saja, berinvestasi saham kerap dilakukan tanpa knowledge yang cukup oleh para investor. Sehingga, bukannya malah menghasilkan keuntungan bagi para investor, tetapi kerap malah satu knowledge yang sebaiknya diketahui oleh para investor adalah terkait apakah sebaiknya berinvestasi di core stocks atau value stocks. Core stocks adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik – tetapi diperdagangkan di harga premium dan jarang sekali di harga murah. Sedangkan value stocks adalah saham perusahaan-perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai tidak ada rumusan yang menyatakan mana yang lebih baik. Tetapi, seperti yang telah dijelaskan di atas, sebaiknya untuk investor pemula menggunakan metode DCA di core stocks. Seiring dengan bertambahnya jam terbang dan skill seorang investor, barulah mulai masuk ke dalam berinvestasi ke value stocks dengan menggunakan metode value ini telah diterbitkan di
4LeU.